Selasa, 28 Mei 2013

SOSIALISASI TEKNOLOGI TEPAT GUNA (TTG) PETERNAKAN



Pada tanggal 20 Mei 2013 di UPT BP3K Dukupuntang telah dilaksanakan   Sosialisasi Penerapan Teknologi Tepat Guana.  Kelompok tani beserta anggotanya antusias untuk melaksanakan kegiatan ini, seperti yang dituturkan oleh Nendi  selaku ketua kelompok tani   bahwa petani di kelompoknya sangat senang dengan kegiatan ini karena petani akan banyak mendapatkan tambahan pengetahuan mengenai inovasi teknologi baru dalam perkembangan peternakan
Penerapan inovasi teknologi merupakan salah satu kunci utama dalam pemanfaatan sumberdaya petani yang terbatas. Dengan penerapan inovasi  teknologi tepat guna diharapkan dapat dicapai peningkatan produksi, produktivitas, peningkatan efisiensi dan mutu produk yang selanjutnya akan membawa kepada peningkatan nilai tambah agribisnis bagi kesejahteraan masyarakat.
Sistem agribisnis dimaksud mencakup empat subsistem utama, yaitu (1) subsistem hulu (pengadaan sarana); (2) subsistem budidaya peternakan dan perikanan; (3) subsistem hilir (pengolahan hasil dan pemasaran); serta (4) subsistem pendukung (prasarana dan fasilitasi).
 
 

Jumat, 24 Mei 2013

TEMU TEKNIS TINGKAT KECAMATAN

Temu Tingkat Kecamatan Dalam Rangka Peningkatan Kapasitas Balai Penyuluhan Kecamatan Sebagai Posko Pelaksana Pembangunan Pertanian yang dilaksanakan di UPT BP3K Dukupuntang Kabupaten Cirebon.

Sabtu, 27 April 2013

CARA PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN BLOAT



CARA PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN BLOAT
  1. Penyebab
                Terdapat gas didalam perut yang tertimbun dan tidak bisa keluar, akibatnya terjadi gangguan pada pencernaan.
Proses tersebut bisa terjadi antara lain :
-          pada proses fermentasi pada rumen yang normal dihasilkan gas seperti metan, karbondioksida dan lain-lain.
-          Jika gas tersebut tidak dapat dikeluarkan secepat mungkin sesuai dengan yang sudah diproduksi, maka akan terjadi kembung perut.
-          Bahwa gas dalam perut itu bisa menimbulkan buih dalam cairan rumen yang menghalangi keluarnya gas dalam perut.
-          Yang paling biasa, karena proses fermentasi yang terlampau cepat, sehingga membentuk atau menimbun gas yang cukup banyak dalam perut.
-          Pada umumnya bloat dialami pada hewan-hewan ternak yang lapar kemudian makan bahan makanan yang banyak jenis leguminosenya, yang masih basah akibat embun pagi atau air hujan. Yang paling banyak dialami adalah bentuk kembung perut yang akut. Hal ini terjadi karena adanya pergantian jenis makanan tertentu. Jumlah gas yang lebih banyak diproduksi akibat pergantian jenis makanan tadi akan menghalangi aktifitas rumen secara wajar. Sehingga tekanan  gas itu menekan pernafasan sehingga peristiwa ini menimbulkan hewan mati lemas.

  1. Gejala
-          lambung abdomen pada bagian kiri sisi kanan atas membesar.
-          Pada bagian kulit perut yang membesar tadi menjadi sangat kencang. Dan apabila pada bagian ini dipukul dengan jari akan terdengar bunyi seperti drum.
-          Pernafasan bekerja berat dam kontraksi rumen pun kuat, sehingga hewan yang menderita sering terhuyung-huyung atau sebentar-sebentar berbaring dan berdiri.


  1. Pencegahan dan pengobatan
-          janganlah sekali-kali membuarkan sapi yang sedang tumbuh menjadi lapar.
-          Janganlah memberikan jenis makanan yang banyak leguminosenya yang masih basah akibat embun pagi atau air hujan.
-          Berikanlah makanan dengan jerami kering terlebih dahulu kepada hewan yang lapar, karena jerami ini akan mempertahankan kontraksi refleksi rumen secara normal. Oleh karena itu janganlah mengggembalakan sapi yang sedang lapar langsung ke padang penggembalaan. Maka seabiknya berikanlah hay atau jerami terlebih dulu. Apabila bahan makanan itu dari jenis leguminose, maka perbandingan rumput 5% dan leguminose 50%.
-          Jika hewan atau sapi menderita bloat, gas harus segera dikeluarkan. Misalnya dengan memasukan selang pipa melalui mulut.
-          Pada tingkat terakhir bisa menggunakan trocar atau canula. Apabila peraltan tersebut tidak ada, dapat pula digunakan alat semacam pisau tetapi harus benar-benar steril.
-          Pengobatan dapat menggunakan antibiotika guna membasmi bakteri yang menghasilkan gas.

Sumber :  Manajemen Kesehatan Ternak (Cucu Marpu M).










Kamis, 25 April 2013

Kamis, 18 April 2013

Pencegahan dan Pengendalian WBC


Pencegahan dan Pengendalian WBC
1. Pengendalian :
Ledakan WCK biasanya terjadi akibat penggunaan
pestisida yang tidak tepat, penanaman varietas rentan,
pemeliharaan tanaman, terutama pemupukan, yang
kurang tepat, dan kondisi lingkungan yang cocok untuk
WCK (lembab, panas, dan pengap).

2. Pencegahan :
• Bersihkan gulma dari sawah dan areal sekitarnya.
• Hindari penggunaan pestisida secara tidak tepat
yang dapat menyebabkan terbunuhnya musuh
alami.
• Gunakan varietas tahan seperti Ciherang,
Mekongga, dan Cigeulis.
• Jumlah kritis: pada kepadatan 1 wereng coklat/
batang atau kurang, masih ada peluang menekan
populasi.
• Amati wereng di persemaian setiap hari, atau
setiap minggu setelah tanam pindah pada batang
dan permukaan air. Periksa kedua sisi
persemaian. Pada tanaman yang lebih tua, pegang
tanaman dan rebahkan sedikit dan tepuk dengan
pelan dekat bagian basal untuk melihat kalau ada
wereng yang jatuh ke permukaan air.
• Gunakan perangkap cahaya waktu malam ketika
terlihat ada gejala serangan wereng. Jangan
tempatkan cahaya dekat persemaian atau sawah.
Bila perangkap cahaya diserbu oleh beratus
wereng, berarti persemaian dan sawah perlu
segera diperiksa; lalu amati setiap hari dalam
beberapa minggu berikutnya.
• Pupuk lengkap (NPK), dosis 250 kg urea, 100 kg
SP36, dan 100 kg KCl/ha dapat membantu upaya
pencegahan.

AMONIASI JERAMI PADI



AMONIASI JERAMI PADI


Jerami padi setiap tahunnya tersedia dalam jumlah yang cukup berlimpah setelah panen dilaksanakan. Tetapi jerami padi ini miskin akan kandungan zat gizi, tercermin dengan rendahnya daya cerna, kandungan serat kasar tinggi dan kandungan proteinnya rendah.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas dari jerami itu sendiri diperlukan suatu perlakuan tertentu diantaranya adalah amoniase. Dengan dilakukannya proses amoniase terlebih dahulu terhadap jerami tersebut maka akan terjadi peningkatan daya cerna. Sehingga kandungan nutrisi yang terdapat pada jerami tersebut dapat dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin

1.    Alat dan Bahan
Selama berlangsungnya kegiatan diperlukan beberapa alat dan bahan, antara lain :
Alat :
  1. Box kayu berukuran 40 x 40 cm
  2. Tali pengikat
  3. Plastik tebal dengan lebar 1 m
  4. Timbangan

Bahan :
  1. Jerami 5 kg
  2. Urea 300 gr
  3. Air 300 ml

2.     Prosedur Kerja
  1. Persiapkan jerami yang akan dipakai dengan kandungan air +  70 %, bila terlalu lembab maka jerami harus dijemur terlebih dahulu
30 % kadar air : 70 % kadar BK jerami
Maka bila digunakan % kg jerami artinya kadar BK jeramitersebut adalah 70 % x 5 kg = 3,5 kg
  1. Timbang jerami sebanyak 5 kg
  2. Lalu masukan jerami ke dalam box kayu yang sudah dilengkapi dengan tali pengikat, tekan sepadat mungkin kemudian ikat jerami tersebut ( usahakan buat sebanyak dua ikat jerami )
  3. Timbang urea sebanyak 300 gr yang didapatkan dari hasil perhitungan sebagai berikut :
-          Urea mengandung 46 % Nitrogen , maka :
Urea yang diperlukan untuk tiap kilogram jerami adalah
100   x  40 gr    =  86,95 gr   = 87 gr ( dibulatkan )
 46
-          Urea yang dipakai adalah
BK jerami  x  87 gr  = 3,5  x  87  gr 
                                  = 304,5 gr urea          
  1. Untuk pembuatan amoniasi jerami secara basah
Tambahkan air sebanyak 300 ml (perbandingan 1  : 1 dengan urea) lalu diaduk sampai seluruh urea tersebut mencair dan siramkan ke tumpukan jermi yang disusun berlapis secara merata

Untuk pembuatan amoniasi jerami secara kering

Urea diberikan secara langsung ke tumpukan jerami yang disusun berlapis
  1. Kemudian masukan  jerami ke dalam plastik
  2. Keluarkanlah sebanyak mungkin udara yang terdapat dalam plastik, lalu ikat plastik tersebut dengan rapat
  3. Simpan selama 21 hari untuk amoniasi jerami secara basah dan 320 hari untuk amoniasi jerami secara kering dalam kondisi tempat penyimpanan yang kering dan normal
  4. Setelah tiba waktunya, buka plastik tersebut dan amati perubahan yang terjadi.
  5. Sebelum diberikan kepada ternak, jerami hasil amoniasi harus diangin – angin terlebih dahulu agar gas dan bau menyengat yang terbentuk dapat hilang (berkurang).


DISPLAY VARITAS PADI DI UPT DUKUPUNTANG

Bpp Dukupuntang tanggal 18 April 2013 sedang melaksanakan display varietas diantaranya varietas inpari 13, inpari 14 dan inpari 16.

TANAMAN JAGUNG





Jagung (Zea mays) menduduki peranan yang strategis dalam perekonomian nasional karena merupakam  salah satu jenis tanaman pangan yang mendapat prioritas untuk dikembangkan dalam program P2BN, karena kedudukannya disamping sebagai sumber utama karbohidrat dan protein, juga merupakan  bahan baku utama indusutri pakan ternak  dan industry lainnnya, sehingga mempunyai potensi yang besar untuk meningkatkan pendapatan petani, serta merupakan komoditas penting dalam upaya diversifikasi pangan.

Tanaman jagung diduga berasal dari benua Amerika, dibawa oleh orang Portugis dan Spanyol pad abad ke 16 melalui daratan Eropa, India dan Cina. Ada dua lokasi yang diduga merupakan pusat asala tanaman jagung yaitu 1) Peru, Ekuador dan Bolivia dan 2) daerah Meksiko Selatan dan Amerika Tengah.
Pada tahun 2005, Indonesia masih mengimpor jagung sebesar 1,80 juta ton dan pada tahun 2010 diperkirakan 2,20 juta ton, maka untuk memenuhi kebutuhan nasional  dan menekan impor tersebut, maka pada tahun 2007 dengan luas areal 3,60 juta ha dengan produktivitas 3,6 ton, maka produksi jagung Indonesia 12,96 juta ton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pengelolaan yang baik potensi hasil jagung dapat mencapai 5 - 10 ton/ha.  Untuk mengurangi impor tersebut dan dapat berswasembada jagung, laju peningkatan produksi digalakkan kembali melalui strategi  Pengelolaan Sumberdaya Tanaman Terpadu (PTT) dan penggunaan benih varietas unggul.

(Ditulis kembali oleh PPL BPP Dukupuntang dalam acara Pelatihan Penyuluh di BPP Dukupuntang pada tgl 18 April 2013)

Kamis, 07 Februari 2013

KEGIATAN PELATIHAN PENYULUH DI BP3K DUKUPUNTANG

.

Pada Pelatihan Penyuluh di BPP yang diselenggarakan setiap 2 mingguan yang didukung kegiatan Peningkatan Kapasitas Kinerja Tenaga Penyuluh Pertanian/Perkebunan pada tanggal 18 April 2013 yang lalu tampak para Penyuluh wilayah UPT BP3K Dukupuntang Kabupaten Cirebon sangat bersemangat dalam menyimak pengarahan dari Kepala UPT dan mengikuti pembelajaran dari narasumber termasuk diantaranya dalam mempelajari penulisan materi penyuluhan pada weblog penyuluhan di internet.