Jumat, 27 September 2013
Selasa, 28 Mei 2013
SOSIALISASI TEKNOLOGI TEPAT GUNA (TTG) PETERNAKAN
Pada
tanggal 20 Mei 2013 di UPT BP3K Dukupuntang telah dilaksanakan Sosialisasi Penerapan Teknologi Tepat Guana. Kelompok tani beserta
anggotanya antusias untuk melaksanakan kegiatan ini, seperti yang
dituturkan oleh Nendi selaku ketua kelompok tani bahwa petani
di kelompoknya sangat senang dengan kegiatan ini karena
petani akan banyak mendapatkan tambahan pengetahuan mengenai inovasi teknologi
baru dalam perkembangan peternakan
Penerapan inovasi teknologi
merupakan salah satu kunci utama dalam pemanfaatan sumberdaya petani
yang terbatas. Dengan penerapan inovasi teknologi tepat guna diharapkan
dapat dicapai peningkatan produksi, produktivitas, peningkatan efisiensi
dan mutu produk yang selanjutnya akan membawa kepada peningkatan nilai
tambah agribisnis bagi kesejahteraan masyarakat.
Sistem agribisnis dimaksud mencakup empat subsistem utama, yaitu (1)
subsistem hulu (pengadaan sarana); (2) subsistem budidaya peternakan dan
perikanan; (3) subsistem hilir (pengolahan hasil dan pemasaran); serta
(4) subsistem pendukung (prasarana dan fasilitasi).
Jumat, 24 Mei 2013
Sabtu, 27 April 2013
CARA PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN BLOAT
CARA PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN BLOAT
- Penyebab
Terdapat gas didalam perut yang
tertimbun dan tidak bisa keluar, akibatnya terjadi gangguan pada pencernaan.
Proses
tersebut bisa terjadi antara lain :
-
pada
proses fermentasi pada rumen yang normal dihasilkan gas seperti metan,
karbondioksida dan lain-lain.
-
Jika
gas tersebut tidak dapat dikeluarkan secepat mungkin sesuai dengan yang sudah
diproduksi, maka akan terjadi kembung perut.
-
Bahwa
gas dalam perut itu bisa menimbulkan buih dalam cairan rumen yang menghalangi
keluarnya gas dalam perut.
-
Yang
paling biasa, karena proses fermentasi yang terlampau cepat, sehingga membentuk
atau menimbun gas yang cukup banyak dalam perut.
-
Pada
umumnya bloat dialami pada hewan-hewan ternak yang lapar kemudian makan bahan
makanan yang banyak jenis leguminosenya, yang masih basah akibat embun pagi
atau air hujan. Yang paling banyak dialami adalah bentuk kembung perut yang
akut. Hal ini terjadi karena adanya pergantian jenis makanan tertentu. Jumlah
gas yang lebih banyak diproduksi akibat pergantian jenis makanan tadi akan
menghalangi aktifitas rumen secara wajar. Sehingga tekanan gas itu
menekan pernafasan sehingga peristiwa ini
menimbulkan hewan mati lemas.
- Gejala
-
lambung
abdomen pada bagian kiri sisi kanan atas membesar.
-
Pada
bagian kulit perut yang membesar tadi menjadi sangat kencang. Dan apabila pada
bagian ini dipukul dengan jari akan terdengar bunyi seperti drum.
-
Pernafasan
bekerja berat dam kontraksi rumen pun kuat, sehingga hewan yang menderita
sering terhuyung-huyung atau sebentar-sebentar berbaring dan berdiri.
- Pencegahan dan pengobatan
-
janganlah
sekali-kali membuarkan sapi yang sedang tumbuh menjadi lapar.
-
Janganlah
memberikan jenis makanan yang banyak leguminosenya yang masih basah akibat
embun pagi atau air hujan.
-
Berikanlah
makanan dengan jerami kering terlebih dahulu kepada hewan yang lapar, karena
jerami ini akan mempertahankan kontraksi refleksi rumen secara normal. Oleh
karena itu janganlah mengggembalakan sapi yang sedang lapar langsung ke padang penggembalaan.
Maka seabiknya berikanlah hay atau jerami terlebih dulu. Apabila bahan makanan
itu dari jenis leguminose, maka perbandingan rumput 5% dan leguminose 50%.
-
Jika
hewan atau sapi menderita bloat, gas harus segera dikeluarkan. Misalnya dengan
memasukan selang pipa melalui mulut.
-
Pada
tingkat terakhir bisa menggunakan trocar atau canula. Apabila peraltan tersebut
tidak ada, dapat pula digunakan alat semacam pisau tetapi harus benar-benar
steril.
-
Pengobatan
dapat menggunakan antibiotika guna membasmi bakteri yang menghasilkan gas.
Sumber : Manajemen Kesehatan Ternak (Cucu Marpu M).
Jumat, 26 April 2013
Kamis, 18 April 2013
Pencegahan dan Pengendalian WBC
Pencegahan dan Pengendalian WBC
1. Pengendalian :
Ledakan WCK biasanya terjadi akibat penggunaan
pestisida yang tidak tepat, penanaman varietas rentan,
pemeliharaan tanaman, terutama pemupukan, yang
kurang tepat, dan kondisi lingkungan yang cocok untuk
WCK (lembab, panas, dan pengap).
2. Pencegahan :
• Bersihkan gulma dari sawah dan areal sekitarnya.
• Hindari penggunaan pestisida secara tidak tepat
yang dapat menyebabkan terbunuhnya musuh
alami.
• Gunakan varietas tahan seperti Ciherang,
Mekongga, dan Cigeulis.
• Jumlah kritis: pada kepadatan 1 wereng coklat/
batang atau kurang, masih ada peluang menekan
populasi.
• Amati wereng di persemaian setiap hari, atau
setiap minggu setelah tanam pindah pada batang
dan permukaan air. Periksa kedua sisi
persemaian. Pada tanaman yang lebih tua, pegang
tanaman dan rebahkan sedikit dan tepuk dengan
pelan dekat bagian basal untuk melihat kalau ada
wereng yang jatuh ke permukaan air.
• Gunakan perangkap cahaya waktu malam ketika
terlihat ada gejala serangan wereng. Jangan
tempatkan cahaya dekat persemaian atau sawah.
Bila perangkap cahaya diserbu oleh beratus
wereng, berarti persemaian dan sawah perlu
segera diperiksa; lalu amati setiap hari dalam
beberapa minggu berikutnya.
• Pupuk lengkap (NPK), dosis 250 kg urea, 100 kg
SP36, dan 100 kg KCl/ha dapat membantu upaya
pencegahan.
AMONIASI JERAMI PADI
AMONIASI
JERAMI PADI
Jerami padi setiap tahunnya tersedia dalam jumlah yang cukup berlimpah
setelah panen dilaksanakan. Tetapi jerami padi ini miskin akan kandungan zat
gizi, tercermin dengan rendahnya daya cerna, kandungan serat kasar tinggi dan
kandungan proteinnya rendah.
Oleh karena itu,
untuk meningkatkan kualitas dari jerami itu sendiri diperlukan suatu perlakuan
tertentu diantaranya adalah amoniase. Dengan dilakukannya proses amoniase
terlebih dahulu terhadap jerami tersebut maka akan terjadi peningkatan daya
cerna. Sehingga kandungan nutrisi yang terdapat pada jerami tersebut dapat
dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin
1.
Alat dan Bahan
Selama
berlangsungnya kegiatan diperlukan beberapa alat dan bahan, antara lain :
Alat
:
- Box kayu berukuran 40 x 40 cm
- Tali pengikat
- Plastik tebal dengan lebar 1 m
- Timbangan
Bahan
:
- Jerami 5 kg
- Urea 300 gr
- Air 300 ml
2. Prosedur Kerja
- Persiapkan jerami yang akan dipakai dengan kandungan air + 70 %, bila terlalu lembab maka jerami harus dijemur terlebih dahulu
30 % kadar air : 70 % kadar BK jerami
Maka bila digunakan % kg jerami artinya kadar BK jeramitersebut adalah
70 % x 5 kg = 3,5 kg
- Timbang jerami sebanyak 5 kg
- Lalu masukan jerami ke dalam box kayu yang sudah dilengkapi dengan tali pengikat, tekan sepadat mungkin kemudian ikat jerami tersebut ( usahakan buat sebanyak dua ikat jerami )
- Timbang urea sebanyak 300 gr yang didapatkan dari hasil perhitungan sebagai berikut :
-
Urea mengandung 46 % Nitrogen , maka :
Urea yang diperlukan untuk tiap kilogram jerami adalah
100 x 40
gr = 86,95 gr
= 87 gr ( dibulatkan )
46
-
Urea yang dipakai adalah
BK jerami x 87 gr
= 3,5 x 87
gr
= 304,5 gr
urea
- Untuk pembuatan amoniasi jerami secara basah
Tambahkan air sebanyak 300 ml (perbandingan 1 : 1 dengan urea) lalu diaduk sampai seluruh
urea tersebut mencair dan siramkan ke tumpukan jermi yang disusun berlapis
secara merata
Untuk pembuatan amoniasi jerami secara kering
Urea diberikan secara langsung ke tumpukan jerami yang disusun berlapis
- Kemudian masukan jerami ke dalam plastik
- Keluarkanlah sebanyak mungkin udara yang terdapat dalam plastik, lalu ikat plastik tersebut dengan rapat
- Simpan selama 21 hari untuk amoniasi jerami secara basah dan 320 hari untuk amoniasi jerami secara kering dalam kondisi tempat penyimpanan yang kering dan normal
- Setelah tiba waktunya, buka plastik tersebut dan amati perubahan yang terjadi.
- Sebelum diberikan kepada ternak, jerami hasil amoniasi harus diangin – angin terlebih dahulu agar gas dan bau menyengat yang terbentuk dapat hilang (berkurang).
TANAMAN JAGUNG
Jagung (Zea mays)
menduduki peranan yang strategis dalam perekonomian nasional karena
merupakam salah satu jenis tanaman
pangan yang mendapat prioritas untuk dikembangkan dalam program P2BN, karena
kedudukannya disamping sebagai sumber utama karbohidrat dan protein, juga
merupakan bahan baku utama indusutri
pakan ternak dan industry lainnnya,
sehingga mempunyai potensi yang besar untuk meningkatkan pendapatan petani,
serta merupakan komoditas penting dalam upaya diversifikasi pangan.
Tanaman jagung
diduga berasal dari benua Amerika, dibawa oleh orang Portugis dan Spanyol pad
abad ke 16 melalui daratan Eropa, India dan Cina. Ada dua lokasi yang diduga
merupakan pusat asala tanaman jagung yaitu 1) Peru, Ekuador dan Bolivia dan 2)
daerah Meksiko Selatan dan Amerika Tengah.
Pada tahun 2005, Indonesia masih mengimpor jagung sebesar 1,80 juta ton
dan pada tahun 2010 diperkirakan 2,20 juta ton, maka untuk memenuhi kebutuhan nasional dan menekan impor tersebut, maka pada tahun 2007 dengan luas areal 3,60 juta ha dengan
produktivitas 3,6 ton, maka produksi jagung Indonesia 12,96 juta ton. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dengan pengelolaan yang baik potensi hasil jagung
dapat mencapai 5 - 10 ton/ha. Untuk
mengurangi impor tersebut dan dapat berswasembada jagung, laju peningkatan
produksi digalakkan kembali melalui strategi
Pengelolaan Sumberdaya Tanaman Terpadu (PTT) dan penggunaan benih
varietas unggul.
(Ditulis kembali oleh PPL BPP Dukupuntang dalam acara Pelatihan Penyuluh di BPP Dukupuntang pada tgl 18 April 2013)
Kamis, 07 Februari 2013
KEGIATAN PELATIHAN PENYULUH DI BP3K DUKUPUNTANG
Pada Pelatihan Penyuluh di BPP yang diselenggarakan setiap 2 mingguan yang didukung kegiatan Peningkatan Kapasitas Kinerja Tenaga Penyuluh Pertanian/Perkebunan pada tanggal 18 April 2013 yang lalu tampak para Penyuluh wilayah UPT BP3K Dukupuntang Kabupaten Cirebon sangat bersemangat dalam menyimak pengarahan dari Kepala UPT dan mengikuti pembelajaran dari narasumber termasuk diantaranya dalam mempelajari penulisan materi penyuluhan pada weblog penyuluhan di internet.
Langganan:
Postingan (Atom)